Jakarta (TanahImpian) - Dalam mata pelajaran "Budi Pekerti" pada tahun 70an, kita sudah diperkenalkan Frugal Living, justru dari hulunya, sehingga untuk menerapkan "Frugal Luving" atau Gaya Hidup Hemat itu, sebenarnya sudah melekat dengan perilaku yang menerapkan Budi Pekerti, dalam kehidupan kesehariannya.
Kearifan lokal merupakan Budaya Nusantara yang diwariskan oleh Leluhur kita, untuk hidup bahagia.
Dimana kesederhanaan menjadi perilaku yang dijunjung tinggi, oleh karenanya hingga kini, kita selalu ingin memilih pemimpin yang sederhana dalam perilaku sopan santunnya.
Dengan melihat sedikit gambaran di atas, maka Gaya Hidup Hemat / Frugal Living sejalan dengan nilai-nilai Gaya Hidup yang ber-Kearifan Lokal, dengan menerapkan hidup sederhana, dengan menggunakan sumberdaya secara bijak termasuk pembelian / pemanfaatan barang-barang dalam hidupnya.
Masyarakat barat yang mendapatkan gaji besar jika dirupiahka, tapi jika hidup di barat dengan gaji tersebut, mereka bukan juga masyarakat yang kaya.
Tidak mengherankan Gaya Hidup Hemat atau Frugal Living semakin mencuat di dunia barat.
Saat ini mereka semakin sadar, bahwa pendapatan yang mereka terima, tidak harus dihabiskan untuk membiayai gaya hidupnya.
Meereka semakin paham bahwa harus ada yang disisihkan, untuk persiapan dana darurat, dan untuk mempersiapkan dana dimasa tua nanti.
Dengan adanya tren Frugal Living, barulah kaum muda di Indonesia merasa fomo, padahal hal tersebut sudah diwariskan oleh Leluhur kita, melalui Kearifan Lokal, dalam hal perilaku keseharian.
Secara alur, semenjak dari Hulu, Perilaku hidup Leluhur Jawa adalah Kesederhanaan, sehingga budaya ini secara langsung berdampak positif pada pengeluaran keuangan pribadi, hal ini seperti sudah saya terangkan di atas.
Sementara Frugal Living, menempatkan Kesederhanaan sebagai filosofinya... Dalam menjalankan hidup sehari-hari.
Kalau begitu... Pertanyaannya apakah Frugal Living menjiplak Kearifan Nusantara, atau?
Dalam Frugal Living, arti Kesederhanaan hanya sampai pada pengelolaan keuangan, agar dapat mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
Inti dari Gaya Hidup Hemat, adalah mengenai pengelolaan pengeluaran, agar tidak terjadi pemborosan.
Gaya Hidup Hemat / Frugal Living yang individual, sesuai pendekatan budaya barat yang individual, sudah kita bahas di atas.
Kini kita mencoba dan membuktikan "Kearifan Lokal Nusantara Lebih Dulu dari Frugal Living", hal ini dapat dibuktikan dimana "Gaya Hidup Hemat" di Nusantara, bukan saja diterapkan secara individual, melainkan juga secara kolektif.
Gotong Royong adalah salah satu bentuk Gaya Hidup Hemat yang diterapkan secara kolektif.
Dengan ber-Gotong Royong, maka dapat dipastikan pada akhirnya mengurangi pengeluaran.
Warisan Nilai-nilai Leluhur kita, Gaya Hidup Hemat / Frugal Living bukan saja mengenai penghematan pengeluaran uang, namun juga mengenai hidup dengan bijak, dan memberi nilai tambah pada pola interaksi yang sehat pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Jadi, Gaya Hidup Hemat tidak saja bermanfaat secara finansial, namun juga meningkatkan Pola Pikir dan Budaya Mereka. (SSM)
Komunitas Tanah Impian mengajak kita semua, untuk menerapkan Pola Belanja Hemat di Griya Belanja Hemat...
Jadi keyword-nya di Marketplace adalah #belanjahemat di #griyabelanjahemat
Referensi : Griya Belanja Hemat
Sumber: Dari berbagai sumber.
Foto : Istimewa
Labels:
Frugar Living,
Gaya Hidup Hemat
Thanks for reading Kearifan Lokal Nusantara Lebih Dulu dari Frugal Living. Please share...!